Rabu, 23 November 2016

PECAHAN SENILAI



A.    Tujuan : Melalui simulasi pembuatan gambar pecahan, siswa dapat memahami konsep pecahan senilai.
B.     Alat Yang Digunakan :
1.      Kertas
2.      Penggaris
3.      Potlot
4.    Krayaon
C.     Langkah Pengerjaan :

1.      Kalian akan belajar tentang pecahan senilai. Pecahan senilai disebut disebut juga pecahan ekivalen. Pecahan  1/2= 2/4 = 4/8 Kita akan buktikan sama dengan sebuah gambar bahwa pecahan tersebut senilai. Sekarang ambil kertas dan buatlah tiga buah kotak sama besar berbentu persegi panjang. Bagilah kotak pertama menjadi 2 bagian seperti pada gamba di bawah 1 di bawah ini. warnai bagian sebelah kiri menjadi warna hijau. Gambar 1 1 bagian menjadi 2 bagian, 1 bagian diarsir disebut pembilang, seluruh bagian 2 disebut penyebut. jadi pecahan gambar 1 bernilai pecahan 1/2
Persegi panjang ke dua gambar lagi seperti gambar pertama. bagilah persegi panjang kedua menjadi 4 bagian sama besar. sekarang gambar yang warnai menjadi 2 bagian disebut pembilang, seluruh bagian menjadi 4 bagian disebut penyebut. Jadi gambar warna hijau bernilai 2/4. Amati gambar 1 dan 2 besar gambar bagian warna hijau sama besarnya. maka 1/2 = 2/4 atau pecahan 1/2 senilai dengan pecahan 2/4
persegi panjan ke tiga gambar laig seperti gambar kedua, bagilan persegi panjang kedua menjadi delapan bagian sama besar. Sekarang gambar yang warnai menjadi 4 bagian.disebut pembilang seluruh bagian menjadi 8 bagian disebut penyebut.  Jadi gambar yang berwarna bernilai 4/8. Amati gambar 1, 2, dan 3  gambar yang berwarna sama besarnya, maka maka 1/2 = 2/4 = 4/8 atau pecahan 1/2 senilai dengan pecahan 2/4 senilai dengan pecahan 4/8.
Jika penjelasan diatas kurang jelas silahkan Link Pecahan Senilai.
Untuk lebih jelasnya lihatlah video ini untuk mempelajari pecahan senilai. 

Selamat Belajar.

Sabtu, 27 Agustus 2016

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)



Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)


ABSTRAK
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan atau mengaktifkan siswa dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal dua tamu).

Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. 

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut.

Kata Kunci : Pembelajaarn kooperatif, Model pembelajaaran TSTS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar di kelas bagi peserta didik tidak selamanya berlangsung secara normal. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tersendat. Kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang membosankan. Dalam hal ini peserta didik dapat memiliki semangat belajar yang tinggi, akan tetapi kadang bisa juga menjadi rendah. Demikianlah realita yang sering dihadapi oleh guru pada saat proses belajar mengajar di dalam kelas.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan atau mengaktifkan siswa dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal dua tamu).
Pada dasarnya, model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan dan saling mendukung.
1.2  Rumusan Masalah

 Berdasarkan judul dan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan dua rumusan masalah yang akan dijabarkan dalam makalah ini, yaitu:
1.2.1        Apakah yang dimaksud  Pembelajaraan Kooperatif?
1.2.2        Apakah yang dimaksud Model Pembelajaraan Kooperatif  Tipe Two Stay Two Stray?
1.2.3        Apa kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaraan Kooperatif  Tipe Two Stay Two Stray?

1.3  Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1.3.1        Mengetahui tentang pengertian dari pembelajaran kooperatif.
1.3.2        Mengetahui tentang pengertian dari Model Pembelajaraan Kooperatif  Tipe Two Stay Two Stray.
1.3.3        Mengerti kelebihan dan kekurangan dari Model Pembelajaraan Kooperatif  Tipe Two Stay Two Stray.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. 
Menurut Thomson, et al (1995) dalam Karuru (2007), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar bela kangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khu-sus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995 dalam Karuru, 2007). 
Roger dan David Johnson dalam buku (Anita Lie, 2007: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, 
Lima unsur model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan.
a)         Saling ketergantungan positif
Dalam berkelompok, setiap orangnya pasti saling ketergantungan karena untuk menciptakan kelompok kerja kelompok yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b)        Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat unsur langsung dari yang pertama, jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
c)         Tatap muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d)        Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan untuk berkelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. 
e)         Evaluasi proses kelompok
Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak usia didik. (Lie, 2007:61)
Menurut Arend, 2004 (dalam Risnawati, 2005) menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 
a)         Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya 
b)        Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 
c)         Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya dan jenis kelamin yang berbeda-beda. 
d)        Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu 
Menurut Barba, 1995 (dalam Susanto, 1999) belajar kooperatif adalah strategi pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk: 
a)         Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok 
b)        Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan kemampuannya 
c)         Mengembangkan keterampilannya untuk memecahkan masalah melalui kelompok 
d)        Mendorong proses demokrasi di kelas 
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pembalajaran yang didasarkan atas kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi harus mempelajari keterampilan kooperatif. 
Metode pembelajaran kooperatif ini mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu:
a.         Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
b.         Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya
c.         Dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran
d.        Dapat meningkatkan pemahaman dalam prestasi belajar

Keuntungan ini akan lebih apabila dilaksanakan dalam kelas kecil atau dengan jumlah siswanya sedikit. Lie dalam bukunya Cooperative Learning (2004:54) mengemukakan beberapa model pembelajara kooperatif, antara lain: Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir-Berpasangan-Berempat (Think Pair-Share and Think-Pair-Square), Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor, Kepala Bernomor Terstruktur, Two Stay Two Stray (TSTS), Keliling Kelompok, Kancing Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu, Jigsaw, dan Cerita Berpasangan. 
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu: 
1.         Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2.         Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
3.         Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan- bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. 
4.         Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan. 
Menurut Van der Kley (dalam Sunaryanto, 1998:165) ada beberapa cara menilai hasil belajar siswa dalam belajar kooperatif yaitu:
a.         Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok.
b.         Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif berakhir.
c.         Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk menjelaskan pemecahan materi tugas.
d.        Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata kelompok.
Struktur TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, hal ini menunjukkan bahwa lima unsur proses belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan evaluasi proses kelompok dapat terlaksana. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi, dan pada saat kegiatan dilaksanakan maka akan terjadi proses tatap muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab perseorangan. 

2.2    Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)
a.    Pengertian 
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. 
b.   Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray
Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu: 
a.         Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 
b.         Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 
c.         Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. 
d.   Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu. 

c.    Tujuan
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa. 
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di jelaskan oleh temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya. 
Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh. Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif). 
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara sumber. Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
d.   Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut.
a.         Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
b.         Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
c.         Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
d.        Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
e.         Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

e.    Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS
Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut. 
1.         Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
2.         Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 
3.         Kegiatan Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 
4.         Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal. 
5.         Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
2.3    Kelebihan dan kekurangan model TSTS
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut.
a.     Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
b.    Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna.
c.     Lebih berorientasi pada keaktifan. 
d.    Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya. 
e.     Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f.     Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
g.    Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
a.     Membutuhkan waktu yang lama.
b.    Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
c.     Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga).
d.    Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
Untuk lebih jelasnya video pembelajaran di bawah ini :


 

BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

a.        Kesimpulan

 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal. Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran ini bermaksud agar dapat menghasilkan model pembelajaran baru yang efektif dan menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran two stay two stray adalah siswa berkelompok kemudian setiap kelompok diberi permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi dalam kelompok, dua dari anggota kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi. Dua anggota dari kelompok tetap tinggal untuk membagikan informasi kepada tamu yang datang. Setelah semua informasi didapatkan, mereka kembali ke kelompok masing-masing untuk berdiskusi mengenai informasi yang diperoleh.
Adapun beberapa keunggulan model pembelajaran kooperatif two stay two stray yaitu: pembelajaran akan lebih bermakna, pembelajarn berpusat pada siswa, siswa akan lebih aktif, siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya, meningkatkan kemampuan berbicara siswa, dapat meningkatkan minat siswa. Kelemahan model pembelajaran kooperatif two stay two stray yaitu memperlukan waktu yang lama, membutuhkan banyak persiapan, siswa yang kurang akan bergantung kepada siswa yang pintar maka ada kecenderungan siswa tidak mau belajar dalam kelompok


b.        Rekomendasi

-            Buat pemerintah pembuat kebijakan sebaiknya memperhatikan komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray.
-            Buat kepala sekolah senantiasa bekerjasama dengan pihak manapun dalam memajukan mutu pendidikan dengan model pembelajaraan kooperatif.
-            Buat guru sebaiknya senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
-            Untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan dari anggota yang lain.

GLOSARIUM

Model Pembelajaran   :    prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

Kooperatif                  :    mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim

Two Stay Two Stray  :    salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS. (Online). (www.furaha- sekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray.html diakses 16 Maret 2014).
Anonim. (2012). Makalah Model Pembelajaran Kooperatif. (online). (http://abazariant.blogspot.com/2012/10/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html diakses 16 Maret 2014).
Djamarah, Syaiful Bahri. (2012). Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Eko. (2011). Model pembelajaran kooperatif tipe two. (online). http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html diakses Maret 2014)
Fadriani. (2013). Remediasi Hukum Archimedes dengan Model Two Stay Two Stray Berbantuan Lembar Kerja Bersrtuktur. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.(Online). (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/3559, Diakses April 2014).
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lie, Anita. (2002). Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Refika Aditama
Slavin, R, E. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Tanpa Nama. (_ _ _ _). Model Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu. (online). (http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY Diakses tgl 19 Maret 2014).