Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
ABSTRAK
Model
pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model
pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan
tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan
alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung
efektif dan optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan atau
mengaktifkan siswa dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe two
stay two stray (dua tinggal dua tamu).
Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di
awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki
pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu
masalah. Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut
juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua
tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan
bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada
kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan
karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa
yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja
manusia saling bergantung satu sama lainnya.
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan
dari model TSTS adalah sebagai berikut.
Kata Kunci : Pembelajaarn kooperatif, Model pembelajaaran TSTS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar di kelas
bagi peserta didik tidak selamanya berlangsung secara normal. Kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tersendat. Kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang
membosankan. Dalam hal ini peserta didik dapat memiliki semangat belajar yang
tinggi, akan tetapi kadang bisa juga menjadi rendah. Demikianlah realita yang
sering dihadapi oleh guru pada saat proses belajar mengajar di dalam kelas.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun
dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu
keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar,
tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa, diantaranya adalah
kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya adalah model
pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil
yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran
oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat,
sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai
macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk
menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal.
Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan atau mengaktifkan siswa
dalam belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua
tinggal dua tamu).
Pada dasarnya, model pembelajaran
kooperatif tipe two stay two stray merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun
merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif tipe two stay
two stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling
membelajarkan dan saling mendukung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
judul dan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan
dua rumusan masalah yang akan dijabarkan dalam makalah ini, yaitu:
1.2.1
Apakah yang
dimaksud Pembelajaraan Kooperatif?
1.2.2
Apakah yang dimaksud Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray?
1.2.3
Apa kelebihan dan
kekurangan Model Pembelajaraan Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
penyusunan makalah ini yaitu:
1.3.1
Mengetahui tentang
pengertian dari pembelajaran kooperatif.
1.3.2
Mengetahui tentang
pengertian dari Model Pembelajaraan Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray.
1.3.3
Mengerti kelebihan dan
kekurangan dari Model Pembelajaraan Kooperatif
Tipe Two Stay Two Stray.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di
awal abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki
pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu
masalah. Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau
disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.
Menurut Thomson, et al (1995) dalam Karuru (2007), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar bela kangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khu-sus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995 dalam Karuru, 2007).
Menurut Thomson, et al (1995) dalam Karuru (2007), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar bela kangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khu-sus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995 dalam Karuru, 2007).
Roger dan David Johnson dalam buku (Anita Lie, 2007: 31)
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning.
Untuk mencapai hasil yang maksimal,
Lima unsur model
pembelajaran gotong royong harus ditetapkan.
a)
Saling ketergantungan positif
Dalam berkelompok, setiap orangnya pasti saling ketergantungan karena
untuk menciptakan kelompok kerja kelompok yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar
yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b)
Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat unsur langsung dari yang
pertama, jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik.
c)
Tatap muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d)
Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan untuk berkelompok, pengajar
perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
e)
Evaluasi proses kelompok
Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan Teknik Kepala
Bernomor. Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan anak usia didik. (Lie, 2007:61)
Menurut Arend, 2004 (dalam Risnawati, 2005) menyatakan bahwa pembelajaran yang
menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a)
Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya
b)
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c)
Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya dan
jenis kelamin yang berbeda-beda.
d)
Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada
individu
Menurut
Barba, 1995 (dalam Susanto, 1999) belajar kooperatif adalah strategi
pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:
a)
Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok
b)
Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik
dan kemampuannya
c)
Mengembangkan keterampilannya untuk memecahkan masalah melalui
kelompok
d)
Mendorong proses demokrasi di kelas
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan metode pembalajaran yang didasarkan atas
kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Pada
pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi
saja, tetapi harus mempelajari keterampilan kooperatif.
Metode pembelajaran kooperatif ini mempunyai kelebihan-kelebihan
yaitu:
a.
Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
b.
Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya
c.
Dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran
d.
Dapat meningkatkan pemahaman dalam prestasi belajar
Keuntungan ini akan lebih apabila dilaksanakan dalam kelas kecil
atau dengan jumlah siswanya sedikit. Lie dalam bukunya Cooperative Learning
(2004:54) mengemukakan beberapa model pembelajara kooperatif, antara lain:
Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir-Berpasangan-Berempat (Think
Pair-Share and Think-Pair-Square), Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor,
Kepala Bernomor Terstruktur, Two Stay Two Stray (TSTS), Keliling Kelompok,
Kancing Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari
Bambu, Jigsaw, dan Cerita Berpasangan.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang
harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
1.
Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2.
Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan
kerja sama diantara anggota kelompok.
3.
Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan- bahan yang dipelajari,
merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan
penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
4.
Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari
lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh
kesimpulan.
Menurut Van
der Kley (dalam Sunaryanto, 1998:165) ada beberapa cara menilai hasil belajar siswa
dalam belajar kooperatif yaitu:
a.
Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai
kelompok.
b.
Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan
belajar kooperatif berakhir.
c.
Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk
menjelaskan pemecahan materi tugas.
d.
Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan
nilai rata-rata kelompok.
Struktur TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi
hasil dan informasi dengan kelompok lain, hal ini menunjukkan bahwa lima unsur
proses belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan evaluasi
proses kelompok dapat terlaksana. Pada saat anggota kelompok bertamu ke
kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat
saling melengkapi, dan pada saat kegiatan dilaksanakan maka akan terjadi proses
tatap muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi baik dalam kelompok
maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab
perseorangan.
2.2
Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two
Stray (TSTS)
a.
Pengertian
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua
tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan
bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada
kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan
karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa
yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja
manusia saling bergantung satu sama lainnya.
b.
Ciri-ciri
model pembelajaran Two Stay Two Stray
Ciri-ciri model
pembelajaran TSTS, yaitu:
a.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c.
Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin yang berbeda.
d.
Penghargaan
lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
c.
Tujuan
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan
mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang
secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh
anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan
terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang
sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya.
Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik
dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak
materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok
yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya,
dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar
mengajar.
Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan
berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan
menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka
tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang
di jelaskan oleh temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa
kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok
yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat
dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang
dijelaskan oleh temannya.
Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara
sadar ataupun tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa
yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih
banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu
dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh.
Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara
aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif).
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok
satu dan yang lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi
yang disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa
tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara sumber.
Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah
keberhasilan penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini
dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
d.
Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu
(dalam Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut.
a.
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
b.
Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
c.
Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
d.
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
e.
Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
e.
Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS
Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan
sebagai berikut.
1.
Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat
silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi
siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap
anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
2.
Presentasi
Guru
Pada tahap
ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3.
Kegiatan
Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang
berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu
kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan
klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu
mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing
kelompok menyelesai-kan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara
mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota
yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta
mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4.
Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru
membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5.
Evaluasi
Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi
pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
2.3
Kelebihan dan kekurangan model TSTS
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun
kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut.
a. Dapat diterapkan pada
semua kelas/tingkatan.
b. Kecenderungan belajar
siswa menjadi lebih bermakna.
c. Lebih berorientasi pada
keaktifan.
d. Diharapkan siswa akan
berani mengungkapkan pendapatnya.
e. Menambah kekompakan dan
rasa percaya diri siswa.
f. Kemampuan berbicara
siswa dapat ditingkatkan.
g. Membantu meningkatkan
minat dan prestasi belajar.
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
a. Membutuhkan waktu yang
lama.
b. Siswa cenderung tidak
mau belajar dalam kelompok.
c. Bagi guru, membutuhkan
banyak persiapan (materi, dana dan tenaga).
d.
Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi
kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelumpembelajaran guru
terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang
heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan
sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan
perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok
terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan
kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.
Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan
saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya
satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota
kelompok yang lain.
Untuk lebih jelasnya video pembelajaran di bawah ini :
Untuk lebih jelasnya video pembelajaran di bawah ini :
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
a.
Kesimpulan
Pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar
pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Model pembelajaran two stay two
stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari
kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal.
Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa
dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran ini bermaksud agar dapat
menghasilkan model pembelajaran baru yang efektif dan menyenangkan bagi siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran two
stay two stray adalah siswa berkelompok kemudian setiap kelompok diberi
permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi dalam
kelompok, dua dari anggota kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan
informasi. Dua anggota dari kelompok tetap tinggal untuk membagikan informasi
kepada tamu yang datang. Setelah semua informasi didapatkan, mereka kembali ke
kelompok masing-masing untuk berdiskusi mengenai informasi yang diperoleh.
Adapun beberapa keunggulan model
pembelajaran kooperatif two stay two stray yaitu: pembelajaran akan lebih
bermakna, pembelajarn berpusat pada siswa, siswa akan lebih aktif, siswa lebih
berani mengungkapkan pendapatnya, meningkatkan kemampuan berbicara siswa, dapat
meningkatkan minat siswa. Kelemahan model pembelajaran kooperatif two stay two
stray yaitu memperlukan waktu yang lama, membutuhkan banyak persiapan, siswa
yang kurang akan bergantung kepada siswa yang pintar maka ada kecenderungan
siswa tidak mau belajar dalam kelompok
b.
Rekomendasi
-
Buat pemerintah pembuat kebijakan
sebaiknya memperhatikan komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif
tipe two stay two stray.
-
Buat kepala sekolah senantiasa
bekerjasama dengan pihak manapun dalam memajukan mutu pendidikan dengan model
pembelajaraan kooperatif.
-
Buat guru sebaiknya senantiasa
memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik dalam
berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
-
Untuk mendapatkan hasil
yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling
menghargai setiap pendapat, ide, atau ga- gasan dari anggota yang lain.
GLOSARIUM
Model
Pembelajaran : prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran
Kooperatif : mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim
Two Stay Two
Stray : salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan
informasi kepada kelompok lain
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2011). Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS. (Online). (www.furaha- sekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray.html
diakses 16 Maret 2014).
Anonim. (2012). Makalah Model Pembelajaran
Kooperatif. (online).
(http://abazariant.blogspot.com/2012/10/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html
diakses 16 Maret 2014).
Djamarah, Syaiful Bahri. (2012). Guru &
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Eko. (2011). Model pembelajaran kooperatif tipe
two. (online).
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html
diakses Maret 2014)
Fadriani. (2013). Remediasi Hukum Archimedes dengan
Model Two Stay Two Stray Berbantuan Lembar Kerja Bersrtuktur. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran.(Online).
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/3559, Diakses April
2014).
Huda, Miftahul. (2011). Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lie, Anita. (2002). Mempraktikan Cooperative
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana.
(2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Refika Aditama
Slavin, R, E. (2008). Cooperative Learning.
Bandung: Nusa Media
Tanpa Nama. (_ _ _ _). Model Pembelajaran Dua
Tinggal Dua Tamu. (online).
(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY
Diakses tgl 19 Maret 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar