Sabtu, 27 Agustus 2016

Model Pembelajaran Think Pair Shar (TPS)



BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan terdapat suatu paradigma yang bersumber dari teori tabula rasa John Looke (Lie, 2005:2) mengatakan bahwa pemikiran seorang siswa di identikkan dengan kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coret-coretan dari gurunya. Dengan kata lain, otak seorang siswa adalah ibarat botol kosong yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan dari kebijaksanaan guru. Berdasarkan asumsi ini, banyak guru yang yang melakukan proses pembelajaran dengan konsep bahwa belajar mengajar adalah proses memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa seperti mengisi botol kosong dengan pengetahuan.
Hal tersebut tidak relevan pada saat ini, karena tuntutan dalam dunia pendidikan saat ini sudah banyak mengalami perubahan, pardigma lama tersebut tidak bisa lagi dipergunakan. Teori, penelitian dan pelaksanaan proses  pembelajaran membuktikan bahwa guru sudah mengubah paradigma pengajaran. Paradigma baru dalam pembelajaran sangat dibutuhkan, yakni suatu kondisi pembelajaran yang  menuntut keaktifan siswa dan kefaktualan guru dalam memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran.
Seorang  guru memiliki tanggung jawab dalam hal pengembangan perangkat  pembelajaran, sehingga harus kreatif dalam menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran atau metode  mengajar.
Dari berbagi tipe model pembelajaran kooperatif, satu model pembelajaran yang  dapat digunakan adalah penerapan model Think Pair Share (TPS). Model ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekan dari Universitas Maryland. Salah satu keunggulan dari model TPS adalah mudah untuk diterapkan pada berbagai tingkat  kemampuan berpikir dan dalam setiap kesempatan. Siswa diberi waktu lebih banyak berpikir, mnejawab, dan saling membantu satu sama lain. Prosedur yang  digunakan juga  cukup sederhana. Bertanya kepada  teman sebaya dan berdiskusi kelompok untuk mendapatkan kejelasan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru bagi siswa tertentu akan lebih mudah dipahami. Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan. Dengan cara seperti ini, siswa diharapkan mampu bekerja  sama, saling  bergantung pada  kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Berdasarkan pada konsep pembelajaran Think Pair Share (TPS) ideal diimpelemetasikan di sekolah dasar. Untuk itu penyusun merasa perlu mengangkat model tersebut pada karya ilmiah berbentuk makalah. Minimal dengan disusun berbentuk makalah yang akan dipresentasikan, penyusun dapat berbagi dan menerima masukan untuk perbaikan model pembelajaran ini.

B.          Rumusan Masalah

1.          Bagaimana tahapan-tahapan Model Pembelajaran TPS ?
2.          Apakah kelebihan dan kelemahan Model TPS ?
3.          Bagaimana langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model TPS ?

C.         Tujuan

1.           Menjelaskan tahapan-tahapan Model Pembelajaran TPS
2.           Memaparkan kelebihan dan kelemahan Model TPS
3.           Memaparkan langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam Model TPS.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A.      Konsep Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

TIPE Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang  dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran  Think Pair Share (TPS) dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada  tahun 1985. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Melalui metode ini, penguasaan isi akademis siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu.
Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS)juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berprestasi dalam kelas. Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 3 tahapan yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).
Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru saja selesai membaca suatu tugas, selanjutnya guru meminta siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dalam topik/bacaan tersebut.

B.       Kelebihan Dan Kelemahan Model Think Pair Share (TPS)

1.          Kelebihan Model Think Pair Share (TPS)
Beberapa  kelebihan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai berikut :
a.            Meningkatkan Pencurahan Waktu Pada Tugas
Penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada pertemuan selanjutnya.
b.           Memperbaiki Kehadiran
Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu  berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan memengaruhi hasil belajar mereka.
c.            Melatih Keberanian Mengeluarkan Pendapat
Melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) siswa dilatih berani mengeluarkan pendapat, ide, gagasan untuk menjawab, mencari solus permasalahan yang diajukan guru. Guru perlu bijak bahwa pendapat siswa harus dihormati walaupun pendapatnya kurang tepat.
d.           Berkurangnya Sikap Apatis Siswa
Sebelum pembelajaran dimulai, kecenderungan siswa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang  ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) akan lebih menearik dan tidak monoton dibandingkan dengan metode konvensional.
e.            Penerimaan Terhadap Individu Lebih Besar
Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa yang lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran Think Pair Share (TPS), hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
f.            Hasil Belajar Lebih Mendalam
Parameter dalam proses belajar mengajar adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran Think Pair Share (TPS), perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhir pembelajaran, hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
g.           Meningkatkan Kebaikan Budi, Kepekaan Dan Toleransi
Sistem kerja sama yang diterpakan dalam model Think Pair Share (TPS) menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam satu tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar  berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
2.          Kelemahan Model Think Pair Share (TPS)
Beberapa kelemahan model Think Pair Share (TPS) sebagai berikut :
a.             Tidak Selamanya Mudah Bagi Siswa Untuk Mengatur Cara Berpikir Sistematik.
Cara berpikir siswa yang kurang sistematik akan mengakibatkan jawaban siswa secara redaksional kurang berurut. Terkadang jawaban siswa berbelit tetapi subtansi jawaban siswa sebenarnya benar.
b.            Siswa Yang Kurang Terampil Menuangkan Ide/Gagasan Akan Merasa Terbebani.
Siswa yang pasif  atau kurang terampil mengeluarkan gagasan akan merasa kesulitan menuangkan jawaban dari setiap permasalahan yang diajukan oleh guru.

C.         Langkah-Langkah Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang  ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak pada siswa untuk berpiikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Langkah-langkah dalam pembelajaran  model Think Pair Share (TPS) sederahan, namun penting terutamadalam menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok. Dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa yang lain, dan meniskusikannya, kemudian berbagi ide  dengan seluruh kelas.
Model Think Pair Share (TPS) terdiri atas lima langkah,  dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas, yaitu tahap pendahuluan Think, Pair, dan  Share, penghargaan. Penjelasan  dari setiap langkah-langkah adalah sebagai berikut :
1.      Tahap Pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.
2.      Tahap Think (Berpikir Secara Individual)
Proses Think Pair Share (TPS) dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think timer) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan.dalam penentuannya guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
3.      Tahap Pair (Berpasangan Dengan Teman Sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan  setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang  pintar  dengan meninggalkan teman sebangkunya.kemudian, siswa mulai bekerja sama dengan pasangannya untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.
4.      Tahap Share (Berbagi Jawaban Dengan Kelompok Lain Atau Seluruh Kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok  dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.
5.      Tahap Penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.         Simpulan

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaraan kooperatif cocok jika diimplementasikan di sekolah dasar. Model ini tidak kompleks, tetapi cukup sederhana ditinjau dari aspek langkah-langkah pembelajaran. Siswa tidak perlu melakukan pergantian kelompok, karena pembentukan kelompok bisa dilakukan dengan teman sebangku.
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS), mudah akan bermakna bagi siswa, karena siswa berlatih menemukan konsep atau materi pembelajaran bardasarkan hasil diskusi kelompok atau bedasarkan share dengan teman sekelas. Pada model ini siswa dilatih berani menginformasikan ide, gagasan, dengan penuh percaya diri, tanpa harus ragu pendapatnya kurang tepat.

B.          Rekomendasi

Isi makalah ini model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berdasarkan kajian dari sumber referensi dan berdasarkan pengalaman di lapangan yang dilakukan oleh tim penyusun. Untuk itu penyusun merekomendasikan agar para pembaca menindak lanjuti makalah ini untuk dilakukan bahan Penelitian Tindakan Kelas  (PTK), untuk menyelesaikan permasalahan model pembelajaran yang dialami oleh pembaca.





DAFTAR PUSTAKA



Handayana, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor : Ghalia Indonesia.

DeProter, B. dkk (2014). Quantum Teaching. Bandung : PT Mizan Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar